RUNTUHNYA
KEBANGKITAN DITANGAN IMPERALISME dan KAPITALISME
Oleh : Edi Purwanto
B
|
angsa indonesia yang telah memproklamirkan
diri sebagai bangsa merdeka sejak 67 tahun lalu, berawal dari kebangkitan
bangsa yang diangkat oleh pemuda yang seringkali diperingati setiap tanggal 20
mei dengan hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas). Sebuah peringatan peristiwa
sejarah 104 tahun silam dengan organisasi modern budi utomo, menjadi tonggak
sejarah proklamasi kemerdekaan 17
Agustus 1945.
Sering menjadi bahan renungan
kita sebagai bangsa yang merdeka, benarkah kita sudah bangkit? Benarkah bangsa
ini sudah merasakan kemerdekaan mencapai kesejahteraan yang bisa dirasakan oleh
seluruh anak bangsa ini? Sering menjadi bahan diskusi dan kajian jawabannya
adalah belum..
Indonesia disebutkan sebagai
surga dunia dengan keanekaragaman sumber daya alam dan hayati. Memang kita
sudah menikmati infrastruktur yang ada dengan sarana lengkap dan modern hingga
kepelosok desa, seiring dengan peningkatan pendapatan perkapita masyarakat yang
meningkat tiap tahunnya. Bahkan dunia mengakui kebangkitan indonesia akan
menjadi kekuatan ekonomi baru dunia bersama Brasil dan negara lainnya. Namun
sebuah bangsa yang memiliki macam-macam kebudayaan dan kultur di dalamnya, luntur dengan perkembangan
global sebagai bangsa yang mengalami keterpurukan dalam dimensi kemanusiaan.
Esensi kebangkitan nasional
adalah kebangkitan pembangunan manusia indonesia seutuhnya. Sesuai dengan tema
harkitnas tahun ini pemerintah mengangkat tema yang dikaitkan dengan aspek
kemanusian yakni kesadaran bernegara dan berbagsa , berkarakter kemanusiaan ,
damai dan sejahtera. Sekali lagi kondisi bangsa ini dikaitkan dengan moral dan
mental bangsa. Penyelenggara negara yang sudah tidak bermoral dan mental yang
rendah selalu memberikan permasalahan baru dalam bangsa ini. Kasus korupsi yang
semakin marak dan membudaya dalam kehidupan, menyalahgunakan jabatan dan
kekuasaan, sikap partai politik yang yang membelenggu dengan orientasi politik
untuk kesejahteraan kelompok dan golongan dengan dalih memperlihatkan
kepedulian kepada yang miskin. Masyarakat yang malas dan peminta-minta,
premanisme dan masalah moral sosial yang terjadi di masyarakat memberikan warna
bahwa bangsa ini masih dalam keterpurukan.
Banyak kasus dalam negeri ini
baik dalam pendidikan, hukum, ekonomi maupun sosial yang menunujukkan bangsa
ini belim bangkit dari imperialisme dan kolonialisme. Yang kecil semakin
tertindas dan yang kuat semakin berkuasa. Kembali mental bangsa ini diuji,
sejarah kebangkitan reformasi yang menghasilkan ruang kebebasan dalam berpola
fikir mengasilkan suatu dimensi masyarakat yang semakin tidak percaya akan
pemerintah. Sebuah reformasi yang membuat koloni-koloni kekuatan dalam merampas
negara, proyek pemerintah yang telah dikavling untuk keuntungan pribadi dan
parpol, perundang-undangan yang dibuat sesuai
dengan pesanan sponsor dari dalam maupun luar negeri yang semua itu selalu melahirkan
kemiskinan dan kesengsaraan bagi masyarakat bangsa ini. Kasus agraria,
pertambangan, peraturan pendidikan, pertanian, wilayah teritorial sampai dengan
masalah ormas yang selalu menjadi bagian permasalahan bangsa dan kedaulatan
NKRI.
Bangsa yang masih dalam
bayang-bayang imperialisme dan kolonialisme bangsa sendiri, akibat perilaku
oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab yang hanya untuk kepentingan pribadi
dan kelompoknya kini semakin menjadikan bangsa ini bangsa yang masih terjajah.
Kemerdekaan bangsa yang selalu diintervensi oleh kepentingan asing sedangakan
anak-anak bangsa yang tak berdaya memproduksi kemelaratan. Penjajahan secara
fisik memang telah dinyatakan lenyap dari bumi Indonesia, tetapi kolonialisme
di bidang ekonomi justru semakin kuat mencengkramkan akar-akarnya. Atas nama
globalisasi dan liberalisasi, semua sektor ekonomi sudah dikuasai kaum
kapitalis. Kapitalis pribumi pun bahkan tak berdaya menghadapi kapitalis asing.
Perbankan, penerbangan, telekomunikasi, pertambangan, perkebunan, sampai sektor
ritel, dan anak-anak kita cuma bisa menjadi buruh. Kaum yang merasakan
ketidakpastian kerja melalui murahnya upah kerja dan sistem kerja outsourcing.
Sebuah Negara perampas tanah, baik tanah hutan dan tanah Hak Guna Umum (HGU)
milik kaum tani dengan kedok hukum dan UU produk kepentingan kapitalis yang
selalu merugikan masyarakat. Tak ubahnya di zaman penjajahan fisik sebelum
sebelum Soekarno dan Hatta memproklamirkan kemerdekaan.
Soekarno telah mengatakan”
apabila indonesia telah merdeka, yang memegang tampuk pemerintahan bukan
pengikut imperialisme dan kapitalisme. Kalau tidak, tidak tercipta masyarakat
adil dan makmur” itu terbukti pada masa sekarang dimana pemerintahan sekarang
masih berpangku tangan dengan asing serta kepentingan asing. Yang terjadi adlah
kesengsaraan dan kemelaratan bangsa ini dibawah tangan kapitalis asing.
Semangat nasionalisme perlu terus kita gali dan maknai
bersama. Sebab, ia merupakan modal dasar (basic capital)
masyarakat Indonesia untuk mengisi kemerdekaan negara yang kian hari terpuruk ke arah kebinasaan akibat ulah
koruptor. Edward Gibbon (1737-1794), sejarawan asal Inggris pernah berkata:
maju mundurnya sebuah imperium/negara sangat ditentukan oleh ada tidaknya
cita-cita kemajuan. Bangsa kita akan menjadi bangsa yang maju ketika hak-hak
bangsa ini telah terjamin dalam kesejahteraan, kedamaian, kemakmuran dan
keadilan. Dan semua bisa terwujud jika moral dan mental bangsa ini terbangun
dengan karakter bangsa yang bermoral dan beretika, bangsa yang bisa
memanusiakan manusia untuk kemajuan bangsa dan negara.@el-yabara